Indonesia…bangsa yang mengaku besar namun tak mampu membesarkan pahlawannya. Bila penghargaan terhadap pahlawan hilang, mungkin sejarah Indonesia gagal mendidik karakter bangsa. Padahal tak bisa dipungkiri sejarah yang membesarkan bangsa ini. Sesungguhnya saat merebut kemerdekaan, bangsa ini begitu banyak episode karakter. Kini, dengan segala realitas yang ada, mengaku banyak jumlah penduduk dan sumber daya alam, namun tak mampu memberdayakan kekayaan yang dimiliki. Inilah yang dipertanyakan pada kita, mengapa kita tidak punya karakter saat mengisi kemerdekaan??
Krisis bangsa yang semakin menyesakkan dada, pengangguran merajalela, ancaman disintegrasi, korupsi yang semakin meluas tanpa rasa bersalah, moral bangsa yang hancur, pendidikan yang kian mahal dan pemimpin negeri yang tak peduli. Itulah realitas bangsa.
Bukan kita tidak tahu masalah di bangsa ini, tapi lebih tepatnya kita tidak mau tahu. Itulah masalahnya. Egoisme diutamakan, individualisme menjadi kehidupan. Tak banyak yang memberikan perhatiannya pada bangsa ini. Hanya sekedar berusaha untuk hidupnya sendiri agar mengurangi pengangguran pun enggan.
Lahirnya saja di Indonesia tapi tidak tahu cita-cita bangsa. Profesinya dokter atau pengacara, tapi tidak paham makna kesehatan dan keadilan. Beragama Islam tapi trend Barat yang jadi pedoman kehidupan sehari-hari. Berpendidikan, tapi kekerasan pelajar selalu menjadi sorotan media dan suguhan rutin. Mahasiswa pun tak mau kalah, dengan beribu aksi mereka yang frontal atau dengan unsur estetika. Banyak pemuda cerdas tapi tak mampu mengisi kemerdekaan. Begitulah kehidupan pemuda saat ini.
Pemuda adalah faktor kuat bagi bangsa. Masa muda yang punya semangat juang tinggi, potensi luar biasa yang tak terbatas, intelektual dengan sejuta kemampuannya. Karena pada fase inilah manusia sangat produktif. Orang Inggris bilang : I see I know, I hear I forget, I do I understand. Jadi lakukan lah pasti kita akan paham.
Sebagai contoh bangsa Indonesia merdeka karena ada pemuda didalamnya. Pada tahun 1928 pemuda Indonesia yang mengguncang dunia dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Dengan semangat bung Karno, “Berilah aku 10 pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”. Melihat sejarah terdahulu, pada zaman Rasulullah, khalifah perang Zaid bin Tsabit memimpin perang Khandaq pada usia 16 tahun. M. Al fatih menjadi Sultan Turki Utsmani di usia 22 tahun dan mampu menaklukan benteng konstantinopel di usianya ke 23 tahun. Itu hanya segelintir tokoh muda yang namanya harum dalam sejarah.
Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda merupakan asset bangsa yang sangat mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan / kehancuran bangsa tergantung pada kaum mudanya sebagai agent of change (agen perubahan). Pada setiap perkembangan dan pergantian peradaban selalu ada darah muda yang mempeloporinya. Sebagai bukti pada tahun 1998 pemuda Indonesia dengan berani melakukan gerakan Reformasi terhadap krisis bangsa. Kini pemuda Indonesia lah yang menjadi pioneer dalam proses bangkitnya bangsa Indonesia, sebagai objek (target) maupun subjek (pelaku) utama.
Karakter Pemuda = Karakter Bangsa
Sesungguhnya kualitas manusia ditentukan oleh 2K, yakni kompetensi dan karakter. Kompetensi merupakan kemampuan dalam mengemban tugas, amanah dan tanggung jawab. Sedangkan karakter merupakan kumpulan dari tingkah laku baik. Diperjelas oleh Armai Arief (2008), karakter juga merupakan internalisasi nilai-nilai yang semula berasal dari lingkungan menjadi bagian dari kepribadiannya.
Posisi karakter bukanlah menjadi pendamping kompetensi, melainkan menjadi dasar, ruh atau jiwanya. Kompetensi mengarah pada peningkatan diri. Tugas karakter sebagai perbaikan diri, menjaga manusia untuk tidak menjadi lebih buruk. Seorang elit politik tentu berpendidikan tinggi, kompetensinya pasti nilai A. Namun jika tak punya karakter, pasti mereka dengan leluasa menghabiskan uang rakyat. Kompetensi tanpa karakter, rusak. Karakter tanpa kompetensi, tak berguna.
Karakter.. Itulah yang harus dibangun oleh pemuda. Kunci sukses membangun karakter bangsa. Pemuda yang berkarakter mampu mencerminkan status bangsanya.
Pemuda Islam Berkarakter mampu mengubah dunia.
Pemuda berkarakter juga harus berakhlak baik. Semakin kuat karakternya, semakin banyak sifat baik yang jadi perilakunya sehari-hari. Dalam Islam, karakter adalah taqwa. Jadi orang yang berkarakter adalah orang yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hingga akan mengantarkan pada kebahagiaan, ketenteraman dan kenyamanan pada pribadi dan bangsanya.
Pemuda Islam harus beriman dan bertaqwa (Q.S Al A’Raaf : 96) agar keberkahan Allah diraih. Mengerjakan amal shaleh (Q.S An Nahl : 97) menjadi prioritas utama dalam Islam. Semakin lengkap disandingkan, Pemuda Islam berkarakter pasti cerdas, berakhlak mulia dan visioner.
Sesungguhnya Islam bangga akan para pemudanya. Maka jadilah pemuda Islam yang tatkala orang lain melihatmu, mereka akan melihat itulah indahnya Islam. Pemuda Islam berkarakter akan selalu memiliki slogan, “Allah adalah tujuan kami, Rasulullah teladan kami, Al Qur’an pedoman hidup kami, jihad adalah jalan juang kami”.
Philips dalam The Great Learning (2000:11), “If there is raighteousness in the heart, there will be beauty in character; if there is beauty in character, there will be harmony in the home, if there is harmony in the home; there will be order in the nation; if there is order in the nation, there will be peace in the world”.
Pemuda saat ini = pemimpin hari esok.
Kita menanti pemimpin berkarakter. Pemimpin tanpa karakter sama artinya pimpinan tanpa moral. Inilah salah satu model pemimpin berkarakter, Hoegeng imam Santoso. Tetap teguh pada pendirian untuk bersih, tidak korup, tidak takut, dan terbuka. Ketika ditugasi menjadi Kepala Bareskrim Sumatera Utara dan pernah diangkat menjadi Menteri Iuran Negara dalam kabinet Seratus Menteri, beliau menolak semua fasilitas yang diberikan. Tugas saya sekarang mencari uang untuk negara, bukan menghabiskan uang Negara, begitu katanya. Hingga Gus Dur saat menjadi Presiden RI, berkata: “Hanya ada dua polisi yang tidak bisa disogok, polisi tidur dan Hoegeng”. Hoegeng pun dengan mottonya: “Its nice to be important. But’s more important to be nice” (Baik menjadi orang penting. Tapi yang lebih penting menjadi orang baik).
Pemimpin ideal; sederhana dalam tampilan, rendah hati dalam bersikap, visioner dalam berpikir. Inilah cita-cita pemuda yang akan menjadi pemimpin bangsa masa depan.
Referensi:
https://id-id.facebook.com/notes/kammi-madani/pemuda-islam-berkarakter-pemimpin-masa-depan-bangsa/444719095544183
Sudewo, Erie. 2011. Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih Baik. Jakarta: Republika Penerbit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar